Itu adalah judul film yang kutonton di Indiahe-nehi-nehi baru-baru ini. Film ini berkisah tentang 4 orang ’loosers’ yang nekat menyandera seorang gadis di rumahnya untuk mendapatkan uang tebusan dari orangtua si gadis yang, bukan kebetulan, cantik dan sexy.
Secara kualitas film ini memang tidak ditujukan untuk kelas festival. Tujuan pembuatan film ini kurasa cuma satu, yaitu membuat penonton terhibur. Yaahh, beda-beda tipis dengan film-film Warkop Dono-Kasino-Indro lah, full of slapstick dan ilustrasi musik model-model bunyi saxophone dalam lagu Pink Panther. Bahkan absurditas ceritanya melebihi film warkop.
Industri film India dengan Bollywoodnya memang terasa mendominasi bioskop-bioskop. Di bioskop yang kudatangi malam itu, misalnya, tak ada satu pun film non-India yang diputar di 4 teater yang ada disana. Mulai film drama yang serius, film gaya Bollywood yang penuh dengan adegan tari-nyanyi-nangis berjamaah (yang sering diputar di TV disini), sampai film action dan film konyol seperti yang kutonton, ada semua. Dengan tiket seharga 130 rupee (atau sekitar Rp.25 ribu) kita sudah dimanjakan dengan reclining seats dan gedung teater yang super duper dingin. Satu hal lagi, di tengah-tengah film, ada waktu istirahatnya lho. Film dihentikan selama 5 menit untuk memberi kesempatan penonton pergi ke toilet atau sekedar membeli makanan dan minuman.
Apresiasi masyarakat India terhadap film (dan produk-produk lain) buatan negeri sendiri adalah salah satu hal yang membuat aku kagum pada negeri Mahatma Gandhi ini. Masyarakat India sangat bangga dengan apa yang mereka produksi sendiri, seperti prinsip Swadesi yang digemakan oleh Gandhi yang merupakan salah satu strategi melawan kolonialisme.